Aku berjalan pulang dengan langkah masih begitu berat. Menyesuri
koridor dan eskalator yang rasanya panjang tak berujung. Waktu berjalan
terasa lebih lambat. Dalam keletihan batin yang jauh lebih menyesakkan
dan menyiksa.
Aku tak tahu apa yang terjadi saat ini. Yang kutahu, hanyalah
sayap-sayap patah. Membuatku begitu susah untuk bangkit berdiri dan
terbang ke angkasa dengan bebasnya. Merasakan hembusan udara segar yang
rasanya lama aku lupakan.
Tiba-tiba mataku tertuju pada sepasang kekasih. Yang bergelayut
begitu mesra, bergandengan tangan tepat di depanku. Masing-masing
memegang sebuah tongkat untuk menyangga tubuh mereka yang tampak
membungkuk ringkih dimakan usia. Benar, mereka sepasang kekasih berusia
lanjut. Yang saling menopang satu sama lain, bergandengan tangan dengan
begitu mesranya.
Mereka berdua seperti menamparku dengan telak dan membuatku terjatuh
terjerembab dalam kesadaran yang berbeda. Mereka mengajarkanku kembali,
apa makna kesetiaan dan harga menjadi pasangan hidup. Aku ingin seperti
mereka. Hidup dalam damai dan cinta hingga ajal menjemputnya.
bukanlah aku pemilik waktu
bahkan ketika satu sapa
singgah dalam hatiku
darimu..
bukan pula aku yang menjadi penentu
ketika kesempatan memberiku
satu jeda dalam hidupku
untuk menjadikanmu pilihanku
seperti rusa yang rindu aliran sungai
di tengah kerontangnya musim
aku menemukanmu
singgah dalam teduhnya rengkuhmu
mengalir dalam damai tatapmu
hari ini,
aku menitipkan sebagian jiwaku
melebur bersamamu.
Aku terdiam sejenak. Seberkas bait-bait puisi terdengar oleh
telingaku. Membangunkanku dari keterpurukan dan letihnya hidup. “Apa
yang kau cari dalam hidup?” Terdengar sebuah suara di akhir bait puisi.
Iya, apa yang aku cari? Apa yang aku inginkan? Jika cinta yang
kuinginkan, maka pasti itu sebuah cinta sejati yang membahagiakan, dan
bukan rasa pilu dalam sayatan sembilu.
Semoga ini akhir dari perjalanan duka dan lara. Aku meneruskan
langkah kakiku. Tak seberat tadi. Namun masih terasa sesak yang
tersisa. Saat sayap-sayap patahku kembali membentang tuk terbang jauh
di angkasa. Merasakan kembali bebasnya udara kebahagiaan. Masih ada
luka, walau tak lagi begitu kurasakan. I believe I can fly…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar