Powered By Blogger

Kamis, 29 Mei 2014

Wahai Anakku …, Kutitipkan Surat Ini Untukmu...

 

بسم الله الرحمن الرحيم

Untuk anakku yang ku sayangi di bumi Allah ta’ala Segala puji ku panjatkan ke hadirat Allah ta’ala, yang telah memudahkan saya untuk beribadah kepada-Nya. Sholawat serta salam, saya sampaikan kepada Nabi Muhammad -shollallohu alaihi wasallam-, keluarga, dan para sahabatnya.

Wahai anakku … Surat ini datang dari ayahmu, yang selalu dirundung cemas. Setelah berpikir panjang, ayah mencoba untuk menulis dan menggoreskan pena, sekalipun keraguan dan rasa malu menyelimuti diri ini.Setiap kali menulis, setiap itu pula gores tulisan ini terhalangi oleh tangis. Dan setiap kali menitikkan air mata, setiap itu pula, hati ini terluka.

Wahai anakku … Sepanjang masa yang telah engkau lewati, kelak akan kulihat engkau  menjadi putra yang cerdas dan bijak. Kelak dewasa engkau pantas membaca tulisan ini, sekalipun nantinya engkau akan remas kertas ini, lalu engkau robek-robek, 

Anakku… ayahmu tidaklah meminta banyak, ia tidaklah menagih padamu yang bukan-bukan. Yang ayah pinta kepadamu: Jadikan ayah dan ibumu sebagai sahabat dalam kehidupanmu kelak, agar ayah teringat pula dengan hari-hari bahagia masa kecilmu. Dan ayah memohon kepadamu nak, janganlah engkau pasang jerat permusuhan dengan ayah dan ibumu. Jangan engkau buang wajahmu, ketika ayah dan ibumu hendak memandang wajahmu. Yang ayah tagih kepadamu jika dewasa kelak: Jadikanlah rumah ayah dan ibumu, salah satu tempat persinggahanmu, agar engkau dapat sekali-kali singgah ke sana, sekalipun hanya sedetik.Jangan jadikan ia sebagai tempat sampah yang tidak pernah engkau kunjungi. Atau sekiranya terpaksa engkau datang sambil engkau tutup hidungmu dan engkaupun berlalu pergi.

Anakku… meski badanku tak setegar dulu karena telah dimakan oleh usia, yang juga tak akan luput dari penyakit…Akan tetapi, yang tidak pernah sirna -wahai anakku- adalah cintaku kepadamu… masih seperti lautan yang tidak pernah kering… masih seperti angin yang tidak pernah berhenti… Sekiranya engkau dimuliakan satu hari saja oleh seseorang, niscaya engkau akan balas kebaikan dengan kebaikan,

Wahai anakku… Jika kelak aku masi bisa melihat dan mendengar bahwa engkau bahagia dengan hidupmu, setiap itu pula bertambah kebahagiaanku. Bagaimana tidak?! Karena engkau adalah buah dari kedua tanganku… Engkau adalah hasil dari keletihanku, engkaulah laba dari semua usahaku..

Wahai anakku…Ayah dan Ibumu inilah sebenarnya pintu surga, maka titilah jembatan itu menujunya… Lewatilah jalannya dengan senyuman yang manis, kemaafan, dan balas budi yang baik… Semoga aku bertemu denganmu di sana, dengan kasih sayang Alloh ta’ala sebagaimana di dalam hadits:

الوالد أوسط أبواب الجنة فإن شئت فأضع ذلك الباب أو احفظه

Orang tua adalah pintu surga yang paling tinggi. Sekiranya engkau mau, sia-siakanlah pintu itu, atau jagalah! (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi, dishohihkan oleh Albani)

Wahai anakku… Inilah aku, ayahmu… pahalamu… tanpa engkau harus memerdekakan budak atau banyak-banyak berinfak dan bersedekah… aku inilah pahalamu… Pernahkah engkau mendengar, seorang suami yang meninggalkan keluarga dan anak-anaknya, berangkat jauh ke negeri seberang, ke negeri entah berantah untuk mencari tambang emas, guna menghidupi keluarganya?! Dia salami satu persatu, dia ciumi isterinya, dia sayangi anaknya, dia mengatakan: , wahai anakku, aku akan berangkat ke negeri yang ayah sendiri tidak tahu, ayah akan mencari nafkah…Dialah aku,,ayahmu..

Wahai anakku… berletihlah mencari pahala… beramallah yang banyak… tapi jangan pernah engkau lupa bahwa di dekatmu ada pahala yang maha besar… di sampingmu ada orang yang dapat  mempercepat amalmu masuk surga…ayah dan ibumu adalah orang yang dapat mempercepat amalmu masuk surga… Bukankah ridlo kami adalah keridloan Alloh?ا
Wahai anakku… Bertakwalah kepada Allah… takutlah engkau kepada Allah… berbaktilah kepada ayah dan ibumu… peganglah kaki ibumu, sesungguhnya surga berada di kakinya… basuhlah air matanya, balurlah kesedihannya… kencangkan tulang ringkihnya… dan kokohkan badannya...


Tidak ada komentar: